Laman

Selasa, 09 Juni 2015

Pulau Pari

Karena tidak tahu seperti apa pulau pari, lalu saya mencari tahumenganai Kepulauan Seribu dan mendapatkan beberapa artikel yang mengatakan bahwa Kepulauan Seribu kini tercemar, kotor, dan lain-lain. Kemudian iseng saya cari di instagram dengan menggunakan jasa travel yang Menawarkan wisata terbuka untuk perjalanan pada 24-25 Desember 2015 untuk Pulau Pari dengan biaya yang menurut saya cukup murah jika dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh wisata lainnya.

 Sebenarnya saya tidak berharap terlalu banyak dengan keindahan yang ditawarkan di Pulau Pari, keinginan bersemangat untuk itu menjadi rasa penasaran, bagaimana sebenarnya bentuk Kepulauan Seribu. Yap, akhirnya ada juga meminta saya untuk pergi ke sana, selalu mengundang saya dan tidak ada yang tertarik untuk berada di sana :( mungkin mereka memiliki prefensi yang berbeda. Saya dan Gully akhirnya memutuskan untuk pergi pada 24-25 Desember 2015 karena tanggal 23 Desember Gully masih menjalani tes. Pada saat itu saya agak pesimis untuk mendapatkan agen perjalanan ke pulau-pulau seribu pada tanggal tersebut, karena perjalanan rata-rata pada saat itu diadakan perjalanan terbuka untuk Kepulauan Seribu pada 25-26 Desember 2014, sebagai 26 adalah hari libur pasca-Natal. Pada hari kami harus mendapatkan di Pelabuhan Muara Angke pukul 6 pagi, setelah mengajukan pertanyaan di sini dan mencari di Internet ternyata sangat mungkin untuk tiba di Muara Angke 6 pagi ketika naik kereta pertama dari Stasiun senen.


Di malam pertama saya ingin tinggal di apartemen untuk sampai ke stasiun Gully UI bersama-sama, tetapi karena ada Gully pesta malam perpisahan dengan mahasiswa Korea jadi aku tidak tinggal dan kami memutuskan untuk bertemu di stasiun langsung UI 04.00. Tanpa berpikir kami akhirnya menggunakan jasa perjalanan yang ditawarkan kepada kami karena menurut tanggal yang kita inginkan. Keindahan pulau ini benar-benar di luar dugaan saya, warna air sangat kontras dengan warna air di Muara Angke sebelumnya terlihat.

Sayangnya saya gagal mengambil foto yang baik. Sedangkan air laut di pelabuhan Muara Angke tidak bisa lagi dibayangkan, air benar-benar hitam, sangat kotor. Gully mengatakan, "Aulia, sepertinya air menggoda, sangat mirip dengan kopi." Saya akhirnya menjadi sedikit keraguan apakah air masih jernih Kepulauan Seribu? Jangan seperti kondisi air kotor di Muara Angke. Setelah bertemu dengan pihak perjalanan bernama kak Dirga, akhirnya kami naik kapal. Kapal kami mengendarai kapal kayu, besar, begitu banyak kargo. Di perahu kami duduk bersila, tidak ada kursi. Pelabuhan Muara Angke banyak perahu yang sama bersandar, pandangan yang sangat bagus.

Setelah sekitar 2 jam jika tidak salah kami akhirnya tiba di Pulau Pari. Di Perjalanan menggunakan perahu saya dan Gully tidak bisa duduk diam karena kami sangat bersemangat untuk mengambil beberapa foto. Untuk sampai ke Pulau Pari dapat mengambil paket perjalanan selama 2 jam. Tapi dua jam ini benar-benar tidak terasa karena selama perjalanan kami yang ditawarkan oleh pemandangan yang luar biasa. Sebuah lautan luas, melewati beberapa pulau, dan melihat sepasang lumba-lumba melompat ke permukaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar